Sejarah Sosiologi Dunia
Sejarah Sosiologi Dunia
Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan
pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan
kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu yang
mempelajari tentang masyarakat lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada abad
ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan
sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial
berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia. Comte
membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada
hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi dinamis
dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti
pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas,
tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi.
Awal perkembangan sosiologi : Auguste Comte (1789-1857) merupakan filsafat Prancis
pertama yang merumuskan buah pikirannya sekaligus sebagai pelopor perkembangan
sosiologi. Auguste Comte membagi 3 tahap perkembangan intelektual, yaitu :
1. Tahap Teologi / Fiktif
Tahap
dimana manusia menfsirkan gejala-gejala disekelilingnya secara teologis yaitu
dengan kekuatan yang dikendalikan ruh dewa atau Tuhan Yang Maha Esa.
2. Tahap Metafisika
Tahap dimana manusia menganggap
dalam setiap gejala terdapat kekuatan yang akhirnya dapat ditentukan.
Contohnya, cita-cita seseorang.
3. Tahap Ilmu Pengetahuan
Positif
Tahap akhir dari perkembangan
manusia dimana memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang nyata dan konkrit
tanpa ada halangan dari pertimbangan lainnya.
Sebelum
Masehi dan sebelum Auguste Comte mempopulerkan istilah sosiologi, terdapat tokoh-tokoh lain juga seperti :
1. Plato (429-347 SM).
2. Aristoteles (384-322 SM).
3. Filsuf Arab Ibnu Khaldun
(1372-1406).
4.
Pada Zaman Renaissance : N. Machiavelly, Thomas
More &
Campanella.
5.
Hobbes.
6.
John Locke & JJ Rousseau.
7.
Saint Simon.
Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile
Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin
(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan
beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan
Sosiologi.
Émile Durkheim Ilmuwan Sosial Perancis]berhasil melembagakan Sosiologi
sebagai disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang
berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus
pemelihara keteraturan sosial.
Herbert Spencer 1876: Di Inggris mempublikasikan Sosiology dan
memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti
tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang
tergantung satu sama lain.
Karl Marx memperkenalkan
pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial
menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.
Lester F. Ward diAmerika mempublikasikan Dynamic Sosiology.
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki
kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari
masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati
perilaku kelompok yang dibangunnya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku
bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial. Istilah
Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan
Perancis, bernama August Comtetahun 1842. Sehingga Comte dikenal sebagai Bapak
Sosiologi. Selanjutnya Émile Durkheim (Ilmuwan Sosial Perancis) yang kemudian
berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Di Inggris Herbert
Spencer mempublikasikan Sosiology pada tahun 1876. Di Amerika Lester F.Ward
mempublikasikan Dynamic Sosiology. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan
pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan
dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
1. Pengertian
2. Definisi Sosiologi
3. Pokok bahasan sosiologi
4. Perkembangan sosiologi dari abad ke
abad
5. Perkembangan pada abad pencerahan
6. Pengaruh perubahan yang terjadi di
abad pencerahan
7. Gejolak abad revolusi
8. Kelahiran sosiologi modern
Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata
latin socius yang artinya teman, dan logos dari kata Yunani yang berarti
cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De
Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi muncul sejak
ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang
mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa.
Sejak awal masehi hingga abad 19, Eropa dapat dikatakan
menjadi pusat tumbuhnya peradaban dunia, para ilmuwan ketika itu mulai
menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para
ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan
ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.
Dalam
buku itu, Comte menyebutkan ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang
masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumya.
Tiga
tahapan itu adalah :
1. Tahap teologis; adalah tingkat
pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan
oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia.
2. Tahap metafisis; pada tahap ini
manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau
inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya
kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan
tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
3. Tahap positif; adalah tahap dimana
manusia mulai berpikir secara ilmiah.
Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dan
sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum
statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. Sosiologi dinamis memusatkan
perhatian tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.
Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat
luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka
antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies,
Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa).
Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari
masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.
Berikut
ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli.
Pitirim
Sorokin. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan
pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala
ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan
gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
Roucek dan Warren. Sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
William
F. Ogburn dan Mayer
F. Nimkopf. Sosiologi adalah
penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu
organisasi sosial.
J.A.A
Von Dorn dan C.J.
Lammers. Sosiologi adalah
ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan
yang bersifat stabil.
Max
Weber. Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami
tindakan-tindakan sosial.
Selo
Sumardjan dan Soelaeman
Soemardi. Sosiologi adalah
ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial
termasuk perubahan sosial.
Paul
B. Horton. Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada
kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
Soejono
Sukamto. Sosiologi adalah ilmu yang
memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan
berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
William
Kornblum. Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari
masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang
bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
Allan
Jhonson. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan
perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana
sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat
didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa :
“ Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum ”Pokok Bahasan Sosiologi
“ Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum ”Pokok Bahasan Sosiologi
Fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan
berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan
mengendalikan individu tersebut. Contoh, di sekolah seorang murid diwajidkan
untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru.
Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki
sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara
bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang
bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).
Tindakan sosial adalah suatu tindakan yang dilakukan
dengan mempertimbangkan perilaku orang lain. Contoh, menanam bunga untuk
kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk
diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain,
merupakan tindakan sosial.
Khayalan sosiologis diperlukan untuk dapat memahami apa
yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright
Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat,
riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat untuk melakukan
khayalan sosiologis adalah troubles dan issues. Troubles adalah permasalahan
pribadi individu dan merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Issues
merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu. Contoh,
jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran
itu adalah trouble. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan
keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta penduduk yang
menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut merupakan
issue, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.
Seorang sosiolog harus bisa menyingkap berbagai tabir dan
mengungkap tiap helai tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga.
Syaratnya, sosiolog tersebut harus mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan
pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi,
dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.
Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti
Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu
saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan
kemunduran. Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad
pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka
berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa
mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya.
Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum
terpikirkan pada masa ini. Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan
(sekitar abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan
masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak di abad ini. Para ahli di zaman itu
berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada
akal budi manusia.
Referensi:
Penulis.
2011. Awal perkembangan sosiologi auguste. Diperoleh dari http://muslimpoliticians.blogspot.co.id
Achmad,
Iyul. . sejarah sosiologi di dunia dan
Indonesia. Diperoleh dari https://iyulachmad.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar