PERKEMBANGAN KONSEP DIRI PESERTA DIDIK
Perkembangan
Konsep Diri Dan Harga Diri Peserta Didik
Konsep
diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan
penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri.
1. Konsep
diri dan harga diri
Adalah dimensi
penilaian yang menyeluruh dari diri. Pengertian harga diri adalah penilaian
individu terhadap dirinya sendiri yang sifatnya implisit dan tidajk diverbalisasikan.
Calhoun dan Acocella
(1990) misalnya, menyebutkan 3 dimensi utama dari konsep diri sebagai berikut:
a. Pengetahuan
Konsep diri adalah apa
yang kita ketahui tentang diri sendiri “siapa saya” yang akan memberikan
gambaran tentang saya.
b. Harapan
Adalah dimensi harapan
atau diri yang dicita-citakan dimasa depan.
c. Penilaian
Adalah penilaian
terhadapdiri sendiri.
2. Konsep
Dalam Diri dalam Prestasi Belajar
Untuk mengetahui hubungan antara
konsep diri dan prestasi belajar, Fink (dalam Burnrs, 1982) melakukan peneitian
dengan menggunakan sejumlah siswa laki-laki dan siswa perempuan yang
dipasangkan berdasarkan tingkat intelegensi mereka, selain itu mereka juga
digolongkan berdasarkan prestasi belajar mereka, yaitu kelompok prestasi lebih
(overachievers) dan kelompok prestasi
kurang (undirechieveres).
Karakteristik
Perkembagan Konsep Diri Peserta Didik
1. Karakteristik
konsep diri anak usia sekolah dasar
Mc Devitt dan Ormord
(2002), memberikan gambaran tentang perubahan-perubahan dalam konsep diri anak
usia sekolah dasar. Awal-awal masuk sekolah dasar, terjadi penurunan dalam
konsep diri anak-anak.
Menurut santrock
(1995), perubahan-perubahan konsep diri anak dilihat sekurang-kuangnya dari
tiga karakteristik konsep diri berikut:
a.
Karakteristik
internal. Berbeda dengan anak-anak usia prasekoah, anak usia sekolah dasar lebih memahami
dirinya melalui karakter internal dirinya melalui karakteristik internal.
b.
Karakteristik
aspek sosial. Aspek sosial dari pemahaman dirinya juga
meningkat dalam suatu investigasi, anak-anak sekolah dasar seringkali menjadikan
kelompok-kelompok sosial sebagai acuan dalam deskripsi diri mereka (Livesly dan
Bromely, 1983).
c.
Karakteristik
perbandingan. Pemahaman diri anak-anak usia sekolah
dasar juga mengacu pada perbandingan sosial (social comparison).
2. Karakteristik
konsep diri remaja (SMP-SMA)
Santrock (1998)
menyebutkan sejumlah karakteristik penting perkembangan konsep diri pada masa
remaja, yaitu:
a.
Abstract
and Idealistc. Gambaran tentang konsep diri yang
abstrak, misalnya dapat dilihat dari pernyataan remaja usia 14 tahun mengenai
dirinya.
b.
Differentiated.
Konsep
diri remaja bisa menjadi semakin terdiferensiasi.
c.
Contradiction
Wthen the Self. Remaja
mendeferensiasidirinya kedalam sejumlah peran dan dalam konteks yang
berbeda-beda
d.
The
Fluctualing Self. Sifat yang kontradiktif dal diri remaja
pada giliranya memunculkan fluktuasi dari dalam berbagai situasi dan lintas
waktu yang tidak mengejutkan.
e.
Real
and Ideal, True, and False Selves. Kemampuan untuk
menyendiri adanya perbedaan antara diri yang nyata (real self) dengan diri yang ideal (ideal self) menunjukan adanya peningkatan kemampuan kognitif
mereka.
Implikasi
Perkembangan Konsep Diri Terhadap Pendidikan
Strategi
yang mungkin dilakukan guru dalam mengembangkan dan meningkatkan konsep diri
peserta didik.
1. Membuat
siswa mendapat dukungan dari guru.
2. Membuat
siswa merasa bertanggung jawab
3. Membuat
siswa merasa mampu.
4. Mengarahkan
siswa untuk mencapai tujuan yang realistis.
5. Membantu
siswa untuk menilai diri mereka secara realistis.
6. Mendorong
siswa agar bangga dengan dirinya secara realistis.
Karakteristik
Belajar Anak Usia Sekolah Dasar (SD)
Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman (Winkel).
Cara
anak belajar:
Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki
cara tersendiri dalam menginterprestasikan dan beradaptasi dengan linkungannya
(teori perkembangan kognitif).
Anak mulai menunjukan prilaku belajar sebagai
berikut: (1) mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek
lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak. (2) mulai
berpikir secara operasional. (3) mempergunakan cara berfikir untuk
mengklasifikasiakan benda-benda. (4) membentuk dan mempergunakan keterhubungan
aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab
akibat. (5) memahami konsep subtansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas,
dan berat.
Memperhatikan tahapan berpikir tersebut,
keceenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri yaitu:
1. Konkret
Konkret mengandung
makna pses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret, yakni yang dapat
dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak-atik, dengan titik penekanan pada
pemanfataan linkungan sebagai sumber belajar.
2. Integratif
Pada tahap usia sekolah darsar, anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan,
mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan
cara berfikir anak yang deduktif, yakni dari hal umum kebagian demi bagian.
3. Hierarkis
Pada tahapan usia dasar, cara anak
belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal sederhan ke hal-hal yang
lebih kompleks.
Adapun karakteristik pembelajaran yang
perlu dilakukan terhadap anak-anak tersebut dengan mengguanak hal berikut.
1. Belajar dan pembelajaran bermakna
Belajar bermakna merupakan suatu proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar
ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep informasi
atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur
kognitif siswa. Proses belajar tidak hanya menghafal konsep-konsep atau
fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk
menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami
secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian agar terjadi belajar
bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep
yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis
konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Dengan kata
lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mendalami langsung apa yang
dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengar
orang/guru menjelaskan.
2. Pembelajaran tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk memadukan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran
atau gagasan pokok menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Dengan
tema, diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, diantaranya sebagai
berikut.
a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu
tema tertentu
b. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan
mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang
sama
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih
mendalam dan berkesan
d. Kompeensi dasar dapat dikembangkan lebih baik
dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa
e. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna
belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas
f. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat
berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam
satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran itu
g. Guru dapat menghemat waktun karena mata
pelajaran disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan
dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan
remedial, pemantapan atau pengayaan.
Dalam
kegiatan pembelajaran dua memenuhi karakteristik belajar anak usia sekolah
dasar, diperlukan motivasi dari guru, karena motivasi belajar siswa merupakan
hal yang amat penting bagi pencapaian kinerja atau prestasi belajar siswa.
Dalam hal ini tentu saja menjadi tugas dan kewajiban guru untuk senantiasa dapat
memelihara dan meningkatkan motivasi belajar siswanya. Berikut ini delapan
belas kiat atau cara yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa.
a. Gunakan metode dan kegiatan yang bervariasi
b. Jadikan siswa peserta aktif
c. Buatlah tugas yang menantang namun realistis
dan sesuai
d. Ciptakan suasana kelas yang kondusif
e. Berikan tugas secara proporsional
f. Libatkan diri untuk membantu siswa mencapai
hasil
g. Berikan petunjuk pada para siswa agar sukses
dalam belajar
h. Hindari kompetensi antar pribadi
i.
Berikan masukan
j.
Hargai
kesuksesan dan keteladanan
k. Antusias dalam mengajar
l.
Tentukan
standar yang tinggi namun realistis bagi seluruh siswa
m. Pemberian penghargaan untuk memotivasi
n. Ciptakan aktivitas yang melibatkan seluruh
siswa dalam kelas
o. Kenali minat siswa
p. Peduli dengan siswa-siswa
q. Hindari penggunaan ancaman
r.
Hindarilah
komentar buruk.
Referensi:
Hosnan,
M. 2016. Pesikologi Perkembangan Peserta
Didik. Bogor:Ghalia Indonesia
Komentar
Posting Komentar