Produk Pemikiran Filsafati
Produk
Pemikiran Filsafati
Produk pemikiran filsafati
merupakan sekumpulan hasil pemikiran filsafati yang harus melalui alur rasional
(thinking), alur empirik (sensing), alur intuisi (feeling), dan alur autoritariat atau
kepercayaan (believing). Jadi, setiap
manusia bisa menghasilkan produk pemikiran filsafati yang berbeda-beda mengenai
sebuah objek. Misalnnya: objeknya sebuah kursi, apabila seorang yang biasa
menggunakan kursi sebagai tempat duduk, pasti akan mengatakan bahwa kursi
adalah tempat duduk; ketika seorang menghadapi kejahatan, kursi itu dapat
dipakai sebagai alat pukul; atau ketika seorang yang hidup di hutan menjelaskan
tentang kursi, dia mengatakan kursi adalah sebongkah kayu, dan sebagainya. Produk
pemikiran filsafati menghasilkan makna yang sangat luas, artinya setiap produk
pemikiran filsafati tidak bisa dikatakan benar atau salah, tergantung cara
pandang pola piker seseorang setiap orang.
Berfikir filsafat timbul karena adanya sesuatu hal yang dipikirkan atau pertanyakan
terhadap sesuatu hal atau objek, bahkan bisa saja karena adanya keheran
terhadap objek di yang ada disekeliling kita. Dari hal-hal tersebut maka
seseorang akan mencari jawaban dari pertanyaan atau rasa keheran secara
mendalam sampai hal tersebut terjawab sesuai dengan kepuasan yang diinginkan,
didalam menjawab pertanyaan tersebut dibutuhkan suatu pola berpikir agar pertanyaan
tersebut terjawab dan hasil jawaban itu dapat dipertanggungjawabkan, seperti
halnya di atas pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak akan terjawab jikalau tidak
ada pemikiran/berpikir serta pengetahuan yang ilmiah dalam menjawab sehingga
dibutuhkan suatu ilmu dalam menjawab sehingga dapat dikatakan bahwasanya produk
dari pemikiran filsafat adalah ilmu serta ilmu tersebut akan muncul
cabang-cabang ilmu yang lain yang membidangi dari setiap permasalahan yang
dikaji.
Empat persoalan
yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
1) Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan
ini dipelajari oleh Metafisika
2) Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan
ini dikupas oleh Epistemologi.
3) Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen
Atropologi Filsafat.
Filsafat dengan
alur rasional (thinking), alur
empirik (sensing), alur intuisi (feeling), dan alur autoritarian atau
kepercayaan (believing).
Filsafat adalah usaha untuk mencari kebenaran dengan menggunakan seluruh panca indera manusia apa yang dia pikirkan mengenai hal itu, itupun harus diselaraskan dengan apa di rasakan oleh hatinya dan sampai dia akhirnya dapat menemukan bahwa akhir dari semua kebenaran itu adalah selalu kembali kepada tuhan.
Filsafat adalah usaha untuk mencari kebenaran dengan menggunakan seluruh panca indera manusia apa yang dia pikirkan mengenai hal itu, itupun harus diselaraskan dengan apa di rasakan oleh hatinya dan sampai dia akhirnya dapat menemukan bahwa akhir dari semua kebenaran itu adalah selalu kembali kepada tuhan.
Berbicara masalah filsafat tidak
lepas dari pemikiran filsafat itu sendiri, karena pemikiran filsafat adalah
buah fikiran yang tak pernah berhenti, mulai memakai rasio kita (alur thinking), kemudian menggunakan
seluruh panca indera yang kita miliki (alur
sensing), menggunakan perasaan (alur
feeling) sampai batas mereka menemukan satu kebenaran dan pembenaran yang
hakiki (alur believing).
Seorang yang mau berfikir filsafat
akan menghasilkan pemikiran yang filsafati yang artinya selama dia mencari makna
dan kebenaran, dasar pemikirannya itu harus secara rasional, empirik, intuisi,
dan kepercayaan. Oleh karna itu dalam berpikir filsafati setiap orang akan
memiliki pemikiran tentang kebenaran yang berbeda-beda.
Dalam hal berpikir filsafat
sebaiknya kita berbicara mengenai materi dan sumber pengetahuan tersebut,
karena kegiatan berpikir harus diisi dengan materi pengetahuan dari suatu
sumber kebenaran. Pengetahuan yang dipergunakan dalam berpikir pada dasarnya
bersumber pada rasio dan fakta. Jika seseorang
itu mendasarkan pemikirannya bahwa kebenaran diperoleh dari rasio maka seorang
tersebut berpikir secara rasio. Jika seseorang itu mendasarkan pemikirannya
bahwa kebenaran diperoleh dari fakta-fakta atau bukti nyata maka seorang
tersebut berpikir secara empiris.
Referensi:
Penulis.2010. pemahaman filsafat pemikiran filsafati. Diperoleh dari http://zonasukseskita.blogspot.co.id
Penulis. 2012. Filsafat pemikiran filsafati dan produk.
Diperoleh dari http://tartocute.blogspot.co.id
Komentar
Posting Komentar