Dialektik Menurut Freire
Dialektik Menurut Freire
Dialektik
Freire. Freire menolak dikhotomisasi dari banyak hal, jika bukan semua hal,
misalnya, ia menolak dikhotmisasi atara subjek-dunia/budaya (objek), keduannya
hadir serempak dan berinterelasi, dialektis, konflik tau kontradiksi untuk
disesesaikan.dengan kata lain, dunia harus diproblematisasi, di dekodifikasi,
dianalisis kritis oleh sunjek dalam ranka si subjek melakukan transendensi, conscientization.
Jika
subjek-dunia ter-dikhotimisasi, dunia merupakan wiayah yang unaccesible bagoi subjek, maka ontological vovation-nya adalah sebagai spectator yang merekam (memorisasi)
kejadian-kejadian didunia. Calling life manusia
bukanlah sebagai juru rekam, tetapi adalah melakukan intervensi keritis
terhadap dunia dalam rangka transformasinya sekaligus dirinya.
Pemikiran
Freire yang anti-dikhotomisasi subjek-dunia, berbeda dari dialektik materialis.
Freire dan Marxime sama dalam hal adanya interrelasi manusia-dunia, kedua hal
yang berbeda ini, mengalami konflik atau kontradiksi. Pembedaanya, menurut
Freire manusia adalah a conscious body, membedakannya
secara tajam dari alam hewan atau material lainya karena kesadaranya yang
membuatnya menjadi subjek. Sedangkan menurut Marximus manusia, kesadaranya
dapat dipandang sebagai produk dari dialektika materi-materi, materi-materi
berkontradiksi guna menemukan solusi hingga mencapai tahapan yang disebut
sadar. Dan kesadaran tidak lebih dari cermin relaitas. Menurut Marxisme manusia
dianggap sebagai beings for another,
Freire sebaliknya, manusia adalah beings
for themselves.
Dilektika
yang digunakan Freire untuk memahami fenomena sosial. Ketika ada kejadian
seseorang tidak makan, ini bukan an
isolated fact, tetapi hali ini berinterrelasi, berdialektik, dengan
struktur sosial yang ada. Hal ini terjadi karena adanya perubahan yang
antagonistik antara mereka yang dapat makan mewah dan bahkan hingga makannannya
tersisa untuk dibuang seakan dunia miliknya sendiri dan mereka yang sekarat
kelaparan. Freire memandang semua fenomena kemanusiaan dan sosial bukan
merupakan isolated factes, tetapi
mereka bersama dunia, bersama manusia-manusia lainnya. ini mengimplikasikan
interrelasi, konflik, konradiksi, dialektik. Dalam dialektik ini, mnusia adalah
subjek yang ontological vocation-nya
adalah humanisasi. Inilah pembedaan Freire dan Marx yang mengakui peranan
individu dalam sejarah, tetapi dipandang dalam relasinya dengan pergerakan
kekuatan-keuatan pendasar (Runes, ed.: 123), atau hukum dilaektika. Dan menurut
materialisme, manusia tidak bisa menghindari hukum tersebut.
Beberapa
hal yang mengajukan proses dialektis ini pada Freire. Misalnya ia tidak
menghendaki iptek yang ter-birokratisasi, tidak berdialetika dengan konteks
sosial-budaya, tidak berdialektika dengan tema-tema zaman. Juga ia mengeritik
para cendakiawan yang kesadarannya ter-birokratisasi, dipagari oleh peranan
semata-mata sebagai penonton netral kejadian-kejadian sosial karena ilmuwan
harus netral, ilmu netral. Dialektika Freire mirip dengan dialektika Hegal yang
idealistis, menghargai kesadaran sebagai lebih utama ketimbang materi. dalam
banyak hal Freire menunjukan keutamaan kesadaran demi humanisasi. Hanya saja
Freire tidak mengakui dialektika ini sebagai sebuah hukum sejarah yang kaku,
impersonal, diluar kuasa manusia. Manusia posisinya sebagai subjek sejarah,
melampaui sejarah sekaligus dikondisikan oleh sejarah.
Dilaektikka
tergabar terjadi didunia, jua terjadi pada tataran kesadaran memegang peranan
besar dalam hal kesadaran harus berdialektis, yang menurut Hegal kesadaran
harus menempati posisi sudut pandang yang inklusif agar kesempurnaan tercapai.
Dialektika Freire, tidak selamanya berisi pertentangan atau kontradiksi
meskipun demikian tetap saja antara kedua hal yang berbeda terdapat
interrelasi. Dalam kasus hubungan manusia dengan manusia lain dan dunia
(budaya), Freire menyatakan hubungan yang segharusnya adalah hubungan dialogis
(bukan polemik, kontradiksi, atau contradistinction).
Dengan demikian, meskipun konsep revolusi seakan diterima oleh Freire,
khususnya dalam melawan penindasan, Freire lebih mengarahkan pemikiran pada
revolusi budaya, revolusi melalui gerakan sosial pedagogis.
Referensi:
Kusuma,
Dharma dan Ibrahim, Teguh. 2016. Struktur
Fundamental Pedagogik. Bandung: Refika Ferdianto
Komentar
Posting Komentar