Filsafat Abad Pertengahan
Abad Pertengahan ditandai dengan
tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini
hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan
aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah
ancilla theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak
juga temuan dalam bidang ilmu yang terjadi pada masa ini. Periode Abad
Pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan
itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang
diajarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan Abad Masehi membawa perubahan besar
terhadap kepercayaan keagamaan.
Pada zaman ini kebesaran kerajaan
Romawi runtuh, begitu pula dengan peradaban yang didasakan oleh logika ditutup
oleh gereja dan digantikan dengan logika keagamaan. Agama Kristen menjadi
problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan
kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang
mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum
mengenal adanya wahyu. Pada zaman itu akademia Plato di Athena ditutup meskipun
ajaran-ajaran Aristoteles tetap dapat dikenal. Para filosof nyaris begitu saja
menyatakan bahwa Agama Kristen adalah benar.
Mengenai sikap terhadap pemikiran
Yunani ada dua: Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena
pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak mengakui wahyu.
Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan
Tuhan, kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari
Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati maka akal dapat
dibantu oleh wahyu.
Filsafat pada zaman Abad Pertengahan
mengalami dua periode, yaitu: Periode Patristik, berasal dari kata Latin patres
yang berarti bapa-bapa Gereja, ialah ahli-ahli agama Kristen pada abad
permulaan agama Kristen. Periode ini mengalami dua tahap: Pertama Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai
kesukaran terutama mengenai filsafat Yunani, maka agama Kristen memantapkan
diri. Keluar memperkuat gereja dan ke dalam menetapkan dogma-dogma. Kedua Filsafat Agustinus yang merupakan
seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik. Agustinus melihat
dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan. Periode Skolastik, berlangsung dari
tahun 800-1500 M. Periode ini dibagi menjadi tiga tahap: (1) Periode skolastik
awal (abad ke-9-12), ditandai oleh pembentukan rnetode-metode yang lahir karena
hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah
persoalan tentang Universalia. (2) Periode puncak perkembangan skolastik (abad
ke-13), ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat
kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi. Puncak perkembangan pada Thomas
Aquinas. 3) Periode skolastik akhir (abad ke-14-15), ditandai dengan pemikiran
kefilsafatan yang berkembang ke arah nominalisme, ialah aliran yang berpendapat
bahwa universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang
umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengertian umum hanya momen yang tidak
mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objektif.
Ciri-ciri
pemikiran filsafat barat abad petengahan antara lain:
§ Cara
berfikirnya dipimpin oleh gereja.
§ Berfilsafat
di dalam lingkungan ajaran Aristoteles.
§ Berfilsafat
dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Masa
abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan
upaya mengiringi manusia ke dalam kehidupan sistem kepercayaan yang picik dan
fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena iru
paerkembangan ilmu pengetahuan terhambat. Masa ini penuh dengan dominasi
gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah hidup yang saleh. Namun,
di sisi lain, dominisi gereja ini tanpa memikirkan martabat dan kebebasan
manusia yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan, dan cita-cita untuk
menentukan masa depanya sendiri
Tokoh
yang hidup masa abad pertengahan. Dari definisi yang telah dijelaskan diatas,
ada beberapa tokoh/filosof yang berbendapat antara lain:
1. Pada
Masa Patristik.
Justinus Martin.
Nama aslinya Justinus, kemudiam nama Marin diambil dari istilah “orang-orang
yang rela mati hanya untuk kepercayaan”. Menurut pendapatnya, agama Kristen
bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa
dianggap sebagai awal kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup sebelu Socrates
dan Plato. Socrates dan Plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya
dngan mmakai hikmah Musa. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani ini
mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah
logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya ini orang-oran Yahudi (Socrates,
Plato dan Lin-lain) kurang memahami apa yang terkandung dan memacar dari
logosnya, yaitu pencerahan sehingga orang-orang Yunani dapat dikatakan
menyimpang dari ajaran murni. Mengapa mereka menyimpang? Karena orang-orang
Yahudi terpengaruh leh demon atau setan. Demon atau setan tersebut dapat
mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi, agama Kristen lebih
bermutu dibanding dengan filsafat Yunani.
Augustinus
(354 – 430), Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat,
antara lain Plantoniasme dan Skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam
membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad
pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolistik yang sejati ia seorang
tokoh besar dibidang teologi dan filsafat. Setelah mempelajari aliran
Skeptisisme, ia kemudia tidak menyetujui atau menyukainya, karena di dalamnya
terdapat pertentangan batiniah. Orang dapat meragukan segalanya, tetapi orang
tidak dapat meragukan bahwa ia ragu-ragu. Seseoran yang ragu-ragu sebenarnya ia
berfikir dan seseorang yang berfikir sesungguhnya ia berada (eksis). Menurut
pendapatnya, daya pemikiran manusia dan batasnya, tetapi pikiran manusia dapat
mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal
abadi. Artinya, akal pikiran manusia dapat berhubungan dengan sesuatu keyakinan
yang lebih tinggi.
2. Pada
masa Skolistik
Peter
Abaelardus (1079 – 1180). Ia dilahirkan di Le Pallet,
Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam
sehingga sering kali bertengkar engan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia
termaksud orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik,
sekaligus sebagai rasionalistik, artiya peranan akal dapat menundukkan kekuatan
iamn. Iman harus mau didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah
disetujui atau dapat diterima oleh akal. Berbeda dengan Anselmus yang
mengatakan bahwa berfikir harus sejalan sengan man. Aberlardus memberikan
alasan bahwa berfikir itu berada di luar iman (di lur kepercayaan). Karena itu
berfikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode
dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bhwa
teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukt. Dengan demikian, dalam
teologi itu iman hampr kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran
Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam wahyu tuhan.
Anselmus
dari canterbury (1033 – 1109). Dilahirkan di Aosta, Piemont, yang kemudian
menjadi uskup di Canterbury. Sekalipun sebagian karyanya di tulis pada abad
ke-11, akan tetapi karena karya – karyanya itu besar sekali pengaruhnya atas
pemikiran Skolastik, maka tiada keberatan untuk untuk membicarakan tokoh ini
sebagai termaksud tokoh abad ke-12. Dapat katakan bahwa ia adalah Skolastikus
pertama dalam arti yang sebenarnya. Di antara karya – karyanya yang penting
adalah “Cur deus homo” (Mengapa Allah menjadi manusia), Monologion,
Proslogion, dll. Pemilam artkiran dialektika, atau pemikiran dengan akal,
diterima sepenuhnya bagi pemikiran teologia. Akan tetapi bukan dalam arti bahwa
hanya akallah yang dapat memimpin orang kepada kepercayaan, melainkan bahwa
orang harus percaya dahulu supaya dapat mendapatkan penegrtian yang benar akan
kebenaran. Pandangan yang demikian ini ternyata menguasai panangan orang pada
abad-abad berikutnya, terlebih-lebih para pemikir yang bergerak ke jurusan
pemikiran Neoplatonisme dan mistik.
Sumber:
Burhanududdin,
Afid.2013. filsafat abad pertengahan.diperoleh
dari
Komentar
Posting Komentar