Filosofi matahari
Filosofi matahari
Matahari
adalah bintang yang paling dekat bumi dengan jarak rata-rata 149.680.000 km
(93.026.724 mil). Matahari adalah suatu bola gas yang berpijar dan
merupakan anggota tata surya yang paling besar karena 98 % massa tata surya terkumpul
pada matahari. Karena itu, matahari merupakan pusat tata surya dan memiliki.
Reaktor nuklir dan panas yang dikandungnya menjadikan energi yang sangat besar,
sehingga bumi memiliki kehidupan dan ditumbuhi jutaan species makhluk hidup. Karena
pancaran energi matahari, bumi tetap hangat bagi kehidupan kita. Membuat air
dan udara di bumi bisa bersirkulasi, serta mengontrol stabilitas peredaran bumi
yang juga berarti mengontrol terjadinya siang dan malam. Tanpa matahari, sulit
untuk diprediksi akan adanya kehidupan di bumi. Tumbuhan tidak bisa melakukan
proses fotosintesis yang menjadi sumber nutrisi pertumbuhan dan perkembangannya
juga kelangsungan hidupnya. Meskipun sinar UV yang dikandungnya bisa
membahayakan kulit kita, matahari tetap memiliki manfaat besar dalam kehidupan
bumi dan seisinya. Ini merupakan pertanda bahwa selalu ada kekurangan di setiap
kesempurnaan yang kita lihat dan kita rasakan.
Matahari
selalu menyinari salah satu sisi bumi. Sisi yang disinari matahari akan terang,
mengalami waktu siang hari. Sedangkan sisi bumi yang lain akan mengalami
kegelapan Perputaran ini mengajarkan kita tentang prinsip keadilan,
keseimbangan hidup dan ketidaksempurnaan makhluk atas Sang Khaliq. Begitupun
manusia, tidak bisa melakukan segala sesuatu dalam waktu yang bersamaan. Butuh
proses, butuh waktu dan butuh kesabaran dan keteguhan hati. Kemampuan dan
keinginan tidak selalu sejalan walaupun tujuannya sama. Keinginan manusia itu
tanpa batas, sedangkan keamampuannya terbatas. Menyeimbangkan keinginan dengan
kemampuan merupakan kunci kebahagiaan karena di dalam keseimbangan itu ada rasa
syukur dan menyadari kekurangan diri.
Yang
perlu diakukan ialah menentukan skala prioritas. Memprioritaskan sesuatu yang
lebih dibutuhkan, lebih berarti daripada memaksakan diri untuk melakukan segala
sesuatu di satu waktu. Prioritas merupakan sisi keadilan yang menentukan
kualitas diri dan kehidupan kita. Keadilan itu tidak selalu bermakna sama rata
sama rasa, tetapi menempatkan sesuatu pada tempatnya. Ketika hujan mengguyur
bumi, matahari tak memaksakan diri untuk muncul menyinari bumi karena sebesar
apapun energinya, ia tak bisa bersamaan dengan hujan. Ia akan berjalan mencari
belahan bumi yang lebih membutuhkannya dalam tataran siklus musim. Matahari
mengajarkan kita berbuat adil pada diri sendiri dengan tidak memaksakan diri
dan menyakiti diri sendiri. Berbuat adil pada sesama dengan tidak membedakan
warna tertentu, dan terus berusaha melakukan yang terbaik yang kita bisa. Matahari
tak kenal lelah dan tak pernah berhenti bersinar, sekalipun bumi diliputi
kegelapan. Bukan matahari yang berhenti bersinar, tetapi bumi yang selalu
berputar mengelilinginya. Gelap dan terang adalah proses alami kehidupan. Akan
tetapi, di saat gelap pun matahari tak pernah lelap. Ini menunjukkan bahwa
dalam kondisi apapun kita harus bersedia memberi, memiliki spirit pantang
menyerah dan selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi semua walaupun tidak
semuanya bisa menerima kebaikan itu. Orang yang baik tidak pernah menyesali
kebaikannya dan orang yang sukses selalu berhasil bangkit dari setiap
kegagalannya. Jika kita belum bisa menjadi yang terbaik, paling tidak berusaha
melakukan yang terbaik.
Matahari
tak pernah ingkar janji untuk selalu menyinari bumi. Ketika di suatu musim kita
jarang mendapatkan sinar matahari, bukan karena ia berhenti bersinar.
Perputaran bumi menyebabkan pergantian dan perbedaan musim di berbagai belahan
bumi, sehingga di sebagian bumi banyak yang tidak mendapatkan cahaya matahari.
Janji adalah komitmen terhadap hati yang menumbuhkan kepercayaan. Kepercayaan
itu akan langgeng bila janji ditepati, begitupun sebaliknya, kepercayaan akan
hilang jika janji itu dilanggar. Kualitas pribadi dan penghargaan seseorang
terhadapa waktu, dirinya dan orang lain, bisa ditentukan dari komitmennya
terhadap janji yang ia ucapkan. Makanya, muncul istilah bukan janji matahari
bagi orang-orang yang sering melanggar janjinya.
Dengan
berkaca pada matahari, kita belajar optimis bukan memaksakan kehendak atas keinginan kita sendiri, harapan dan kenyataan hidup. Belajar berkomitmen dan konsisten
dengan tujuan hidup kita. Berlatih sabar dan ikhlas menjalani setiap proses
kehidupan, serta belajar menghargai waktu, dan jangan menyia-nyiakan waktu karena bila waktu telah berakhir kita tidak dapat mengulang kembali waktu yang telah berlalu.
Referensi:
Komentar
Posting Komentar