Pemikiran Richard L. Lanigan
Pemikiran Richard L. Lanigan
Richard
L. Lanigan membahas analisis filosfis atas proses komunikasi. Filsafat dalam
disiplin ilmu komunikasi biasanya meletakkan titik refleksiny pada
pertanyaan-pertanyaan berikut:
·
Apa yang aku ketahui? (masalah ontologi atau
metafisika)
·
Bagaimana aku mengetahuinya? (masalah epistemologi)
·
Apahak aku yakin? (masalah aksiologi)
·
Apakah aku benar? (masalah logika)
1. Metafisika
Richard L. Lanigan menyatakan bahwa metafisika studi
tentang sifat dan fungsi teori tentang realitas. Dalam metafisika, ada beberapa
yang di reflesikan. Hal-hal itu adalah sifat manusia dan hubungannya dengan
alam, sifat dan fakta kehidupan manusia, problema pilihan manusia, soal
kebebasan pilihan tindakan manusia. Dalam hubungannya dengan teori komunikasi,
metafisika berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut.
(1)
Sifat manusia dan hubungannya secara
kontekstual dan individual dengan realita dalam alam semesta.
(2)
Sifat dan fakta bagi tujuan, prilaku,
penyebab, dan aturan.
(3)
Problema pilihan, khususnya kebebasan
versus determinisme pada prilak manusia.
Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya “filsafat ilmu”
(2005: 63) mengatakan bahwa, metafisika merupakan siatu kajian tetnag hakikat
keberadaan zat, pikiran, dan kaitan zat dengan pikiran. Sedangkan mengenai
objek metafisiska ditegaskan oleh Aristoteles, yang mengatakan ada dua hal,
yakni ada sebagai yang ada dan sebagai yang ilahi. Pendapat Aristoteles
tersebut dijelaskan oleh prof. Dr. Delfgaauw dalam karyanya “Metafisika”
sebagai berikut:
§ Ada sebagai yang ada
Mengenai hal ilmu
pengetahuan berupaya mengkaji yang ada itu dalam bentuk arti kata tidak terkena
perubahan. Ciri yang ada itu sungguh-sungguh ada, ialah dapat dipercaya oleh
pancaindra. Oleh karena itu, metafisika disebut ontologis.
§ Ada sebagai Ilahi
Hal
ini adalah keberadaan yang mutlak, yang sama sekali tidak bergantung pada yang
lain. ini berarti bahwa suatu yang ada adalah yang seumum-umumnya dan mutlak,
yakni Tuhan. Apabila kita berbicara tentang yang ilahi berarti kita bertolak
dari sesuatu yang pada dararnya tidak dapat ditangkap oleh pancaindra, karena
Tuhan tidak dapat diketahui dengan menggunakan alat-alat indrawi.
2. Epistimologi
Epistimologi
merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan batasan
pengetahuan manusia (a branch of philosophy
that investigate the origin, nature, methods, and limits of human knowlwdge).
Sementar
itu, epistimologi itu merupakan cabang filsafat yang mereflesikan asal usul,
hakikat, dan batasan pengetahuan manusia. Epistimilogi berkaitan dengan
penguasaan pengetahuan dal lebuh mendasar lagi berkaitan dengan kriteria
penilaian atas kenaran berdasarkan koherensi, koresponsi, pragmatism, dan
legalisme.
Epistimologi
pada dasarnya adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang
diperoleh yang dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah. Metode adalah tata
cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matang dan mapan,
sistemati dan logis.
Pada
dasarnya metode ilmiah dilandasi:
o
Kerangka pemikiran yang logis.
o
Penjaaran hipotesis yang merupakan deduksi
dan kerangka pemikiran.
o
Verfikasi terhadap hipotesis untuk
menguji kebenarannya secara factual
Kerangka
pemikiran yang logis mengandung argumentasi yang dalam menjabarkan
penjelasannya mengenai suatu gejala bersifat rasional. Dalam pada itu,
hipotesis sebagai deduksi dari suatu kerangka pemikiran merupakan dugaan
sementara yang untuk membuktikannya diperlukan suatu pengujian, sedangkan
verfikasi berarti [enilaian secara objektif terhadap suatu pernyataan yang
hipotesis.
Lanigan
mengatakan bahwa, prsesnya yang progresif dari kognisi menuju afeksi yang
selanjutnya menuju konasi, epistimologi berpijak pada salah satu atau lebih
teori kebenaran.
3. Aksiologi
Aksiologi
merupaknan cabang filsafat yang ingin mereflesikan cara bagiamana menggunakan
ilmu pengetahuan diperoleh. Lanigan berpendapat bahwa aksiologi adalah studi
etika dan estetika. Dpat dikatakan bahwa aksiologi adalah kajian tentang nilai
manusiawi dan bagaimana mengekspresikanna.
Dalam
hubungannya dengan filsata komunikasi, Lanigan mengatakan bahwa aksiologi,
kategori keempat dari filsafat, merupakan studi etika dan estetika. Ini bereti,
aksiologi adalah suatu kajian terhadap apa itu nilai-nilai manusiawi dan
bagaimana caera melembagakanya.
Jelaskan
bagaimana pentingnya bagi seorang komunikator ketika ia mengemas pemikirannya
sebagai isi pesan dengan bahasa sebagai lambang, untuk melebihi dahulu
melakukan pertimbangan nilai (value
judgement) apakah pesan yang ia komunikasikan etis atau tidak, atis atau
tidak.
4. Logika
Logika
adalah cabang filsafat yang menelaah asas dan dasar metode penalaran secara
benar dalam hal ini cara berkomunikasi secara lebih baik dan benar.logika
penting dalam berkomunikasi karena pemikiran harus dikomunikasiakn dan yang
dikomunikasiakn merupakan putusan sebagai hasil dari proses berpikir.
Logika
berkaitan dengan telaah terhadap asas-asas dan metode penalaran secara benar (delas with study of the principles and
method of correct reasoning). Bahwa logika teramat penting dalam
komunikasi, jelas karena suatu pemikiran harus dikomunikasiakn kepada orang
lai, yang dikomunikasikan itu harus merupakan putusan sebagai hasil dari proses
berfikir, dalam hal ini berfikir logis.
Dalam
pembangunan persfektif ilmu, Denzin menganjurkan pada tiga dasar elemen, antara
lain epistimologi, ontology, dan metodologi (Denjin dan Lincoln, 1994:
99). Sedangkan menurut suriasumantri (2000: 103), persfektif ilmu didasarkan
pada eleme ontology (apa), epistimologi (bagaimana), dan aksiologi (untuk apa). Berdasarkan
pernyataan diatas, maka dapat dijelsakan bahwa pembentukan perspektif baru
didasarkan pada empat elemen diatas, yaitu:
o
Epistimologi, merupakn proses untuk
mendapatkan ilmu. Hal-hal apa yang harus diperhatikan untuk mendapatkan ilmu
yang benar. Cara, tekhnik, dan sarana apa yang membantu dalam memperoleh ilmu.
o
Ontology, berkaitan dengan asumsi-asumsi
mengenai objek realitas yang diteliti.
o
Metodelogis, berkaitan dengan
asumsi-asumsi mengenai bagaimana cara memperoleh pengetahuan mengenai objek
pengetahuan.
o
Aksiologis, berkaitan dengan posisi value judgment, etika, dan pilihan moral
peneliti dalam suatu penelitian. Kegunaan atau manfaat ilmu dalam kehidupan
masyarakat.
Dengan
berdasarkan pada elemen-elemen diatas, maka ilmuwan dapat mengenali dan
membedakan berbagai persfektif ilmu yang ada dalam kehidupan manusia. Hal
lainya, ilmuan juga dapat meletakan setiap ilmu pada tempatnya masing-masing
yang saling memperkaya kehidupan manusia. Tanpa mengenali unsur-unsur setiap
persfektif ilmu dengan benar, maka ilmuwan bukan saja tidak dapat memanfaatkan
kegunaan secara maksimal tetapi juga kadang-kadang salah dalam menggunakannya.
Sumber:
Mufid,
Muhamad. 2009. Etika Filsafat Komunikasi.
Jakarta: Kencana
Sunggu bermanfaat, ijin tuk kopi. Semoga jadi amal jariah Panjenengan. Aamiin Yrb.
BalasHapus