Filosofi Agama dan Kepercayaan Masyarakat Baduy
Agama dan Kepercayaan Masyarakat Baduy
Masyarakat Baduy atau
Kanekes memiliki agama kepercayaan yaitu Sunda Wiwitan, meski ada
beberapa masyarakat Baduy yang sudah memeluk agama Islam atau Buddha.
Keberagaman dalam memeluk agama pada masyarakat Baduy merupakan bentuk ketaatan
terhadap nilai-nilai dan pandangan hidup yang diturunkan nenek moyang. Agama
apapun yang menjadi ajaran dalam masyarakat Baduy mengajarkan bahwa semua hal
yang berkaitan dengan pola kehidupan mereka tidak boleh atau pantang untuk diubah.
Penduduk Baduy menganut agama khusus yang disebut Sunda
wiwitan atau Sunda Asli. Yang berarti sunda adalah bahasa sunda dan
wiwitan adalah satu yang diartikan sunda pertama. Menurut krusemen (garna
1987), agama sunda wiwitan itu pada prinsipnya adalah agama Budha yang
dipengaruhi oleh Hindu dan Islam. Agama Sunda Wiwitan juga disebut agama Islam
Sunda atau agama Adam, mereka mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa yang mereka
sebut "Batara Tunggal" dan mereka juga mengakui adanya Nabi
Adam, Nabi Muhammad SAW dan syahadat seperti dalam ajaran islam hanya saja
syahadatnya menggunakan bahasa zaman dahulu atau bahasa Sunda. Tetapi mereka
tidak melaksanakan ibadah agamanya dengan apa yang orang islam lakukan.
Pengucapan nama Allah termaktub
di dalam dua macam kalimat syahadat Baduy: Syahadat Baduy Dalam dan syahadat
Baduy Luar. Pertama, kalimat syahadat Baduy Dalam, sebagai berikut:
“Asyhadu syahadat Sunda (asyhadu syahadat
Sunda jaman Allah ngan sorangan Allah hanya satu kaduanana Gusti
Rosul kedua para Rasul ka tilu Nabi Muhammad ketiga Nabi Muhammad ka
opat umat Muhammad keempat umat Muhammad nu cicing di bumi angaricing yang
tinggal di dunia ramai nu calik di alam keueung”. yang duduk di alam
takut ngacacang di alam mokaha menjelajah di alam nafsu salamet umat
Muhammad” selamat umat Muhammad.
Wa asyhadu anna Muhammad da Rasulullah isun netepkeun ku ati yen taya deui Allah di dunya ieu iwal ti Pangeran Gusti Allah jeung taya deui iwal ti Nabi Muhammad utusan Allah”. Wa asyhadu anna Muhammad da Rasulullah aku menetapkan dalam hati bahwa tiada lagi Tuhan di dunia ini selain Pangeran Gusti Allah dan tiada lagi selain Nabi Muhammad utusan Allah).
Wa asyhadu anna Muhammad da Rasulullah isun netepkeun ku ati yen taya deui Allah di dunya ieu iwal ti Pangeran Gusti Allah jeung taya deui iwal ti Nabi Muhammad utusan Allah”. Wa asyhadu anna Muhammad da Rasulullah aku menetapkan dalam hati bahwa tiada lagi Tuhan di dunia ini selain Pangeran Gusti Allah dan tiada lagi selain Nabi Muhammad utusan Allah).
Syahadat Baduy
Dalam adalah syahadat Sunda Wiwitan yang disampaikan kepada pu’un, sebagaimana
masa Islam awal syahadat Islam disampaikan kepada Nabi Muhammad. Sedangkan, Syahadat Baduy Luar adalah syahadat
Islam yang diucapkan ketika melangsungkan pernikahan secara Islami. Dikatakan
oleh umat Sunda Wiwitan bahwa “kami mah ngan kabagean syahadatna wungkul, hente
kabagean sholat”. Bahwa mereka hanya memperoleh syahadatnya saja, sedangkan
rukun-rukun Islam lainnya tidak pernah diperoleh (Sam et al, 1986:62-63).
Kekuasaan Tuhan
dipahami oleh umat Sunda Wiwitan sebagai pencipta alam semesta. Dalam mitos
penciptaan Baduy dijelaskan bahwa “dunia pada waktu diciptakan masih kosong,
kemudian Tuhan mengambil segenggam tanah dari bumi dan diciptakanlah Adam. Dari
tulang rusuk Adam terciptalah Hawa. Tuhan juga menciptakan Batara Tujuh, yaitu:
(1) Batara Tunggal, (2) Batara Ratu, (3) puun yang dititipkan di Kanekes
(Cikeusik, Cikertawana, Cibeo), (4) Dalem, (5) Menak, (6) Putri Galuh dan (7)
Nabi Muhammad yang diturunkan di Mekah. Batara Tujuh merupakan Sanghyang Tujuh
yang bersemayam di Sasaka Domasi” (1986: 64). Dari mitos penciptaan ini,
masyarakat Baduy menyakini bahwa manusia yang pertama kali diciptakan di bumi
ini berada di Kanekes sebagai inti jagat, pancer bumi. Karena itu, mereka
melaksanakan ritual ibadah pe-muja-an di Sasaka Domas sebagai penghormatan
kepada roh karuhun, nenek moyang. Mereka menyakini juga agamanya adalah Sunda
Wiwitan, bukan Hindu ataupun Islam.
Nabi Adam
diyakini oleh umat Sunda Wiwitan sebagai simbol penciptaan manusia pertama yang
berada di Sasaka Domas. Keyakinan seperti ini terdapat juga di dalam agama
masyarakat Jawa yang masih menghormati raja-raja, nenek moyang, mereka.
Jadi “Batara Tunggal” yang dipercayai oleh
umat Sunda Wiwitan adalah manusia biasa yang tidak pernah mati, akan tetapi
jasad dan rohnya ngahiyang, sirna, dari dunia ini. Mereka menyakini juga bahwa
Batara Tunggal-lah yang mengatur nasib dan kehidupan manusia di muka bumi ini.
Begitu pun, Dalem dan Menak adalah karuhun, nenek moyang yang jasad dan rohnya
ngahiyang, sirna. Sebab itu, diyakini bahwa Kanekes tidak akan hilang hingga
saat ini, seiring terpeliharanya keturunan puun (Sam et al, 1986:62-63).
Webbsite:
Paradise, Siti.2009. religi dan sistem kepercayaan. Diperoleh dari
Komentar
Posting Komentar