Fungsi Batin Terhadap Pembentukan Kepribadain

Fungsi Batin Terhadap Pembentukan Kepribadain


Batin atau hati nurani manusia, didalam kehidupan sehari-hari yaitu fungsi sebagai hakim yang adail, apabila didalam kehidupan manusia itu mengalami konflik, pertentangan atau keragu-raguan didalam diri ketika akan bertindak tentang sesuatu. Batin bertindak sebagai suatu pengontrol selalu bertidak menurut batas-batas tertentu, yang tidak boleh dilnggarnya, berdasarkan norma-norma yang konvensional didalam kehidupan masyarakat atau Negara. Juga batin ini lah yang memungkinkan dapat atau tidaknya rasa tanggung jawab pada pribadi seseorang itu bertumbuh.
Batin ini lah yang mendorong manusia untuk segera meminta maaf apabila bertindak toidak benar, sambil menjanjikan kepada dirinya sendiri untuk tidak akan berbuat seperti itu lagi kepada siapapun, sekalipun hanya disaksikan oleh dirinya sendiri dan ini akan menyebabkan timbulnya keberanian, apabila memang apa yang diperbuat itu benar-benar dapat dibenarkan oleh lingkungannya.  
Terlalu sering melakukan perbuatan yang bertentangan dengan suara batin, didalam kehidupan yang sadar, hanya akan menyebabkan pecahnya pribadi seseorang, sehingga didalamnya akan selalu dirasakan konflik-konflik jiwa yang berkelanjutan. Untuk dapat mengilangkannya, sebaiknya menguatkan fungsi batin untuk sebagai pengontrol yang harus dipatuhi. Sebab apabila pecahan jiwa itu dibiarkan berlarut-larut akan menyebabkan timbulnya suatu penyakit, yang oleh Stekel disebut psikhoneurosa.
Psikoneurosis atau yang lebih singkat disebut neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan keadaan cemas yang kronis, gangguan – gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik (Dali Gulo, dalam Deekece, 2012).
Psikoneurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian kepribadian. Karena gangguan hanya pada sebagian kepribadian, maka yang bersangkutan masih bisa melakukan pekerjaan/aktivitas sehai-hari. Sebenarnya psikoneurosis bukanah suatu penyakit, yang bersangkutan masih dapat kita sebut normal. Psikoneurosis pada hakikatnya bukanlah suatu penyakit. Orang-orang yang menderita psikoneurosis pada umumnya dapat kita golongkan sebagai orang yang normal. Yang diderita oleh psikoneurosis adalah ketegangan pribadi yang terus menerus. Orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya sehingga ketegangan tidak kunjung reda dan akhirnya menjadi neurosis. Psikoneurosis dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam diri sendiri.
Jadi, psikoneurosis merupakan gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakuka pekerjaan – pekerjaan biasa sehari – hari atau masih bisa belajar dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit atau di tempat – tempat tertentu.
Disamping sebagai alat pengontrol, batin berfungsi pula sebagai alat pembimbing, untuk membawa pribadi dari keadaan yang biasa kearah pribadi yang akan mudah dikenal masyarakat. Misalnya pribadi yang bertanggung jawab, berdisiplin, konsekwen, adil, dan sebagainya. Dikenalnya seseorang memiliki pribadi yang semacam itu, akan berari tumbuhnya wibawa orang itu sendiri. Wibawa ini yang diperlukan didalam setiap kehidupan.

Referensi:
Agus. Halem. Taufik. Psikologi Kepribadian.edisi ketujuh
 Dela, Angraini. 2014. psikoneurosis-dan-psikosis. Diperoleh dari http://angrainidela.blogspot.co.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemikiran Richard L. Lanigan

Pertanyaan Filsafat Imanuel Kant