ALIRAN BESAR DALAM FILSAFAT MATEMATIKA

ALIRAN BESAR DALAM FILSAFAT MATEMATIKA
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak di dalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafah, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. Aliran besar yang mempengaruhi perkembangan matematika, termasuk perkembangan pendidikan matematika, yakni:

1.      Aliran Idealisme
Istilah idealisme yang menunjukkan suatu pandangan dalam filsafat belum lama dipergunakan orang. Namun demikian, pemikiran tentang ide telah dikemukakan oleh Plato sekitar 2.400 tahun yang lalu. Menurut Plato, realitas yang fundamental adalah ide, sedangkan realitas yang tampak oleh indera manusia adalah bayangan dari ide tersebut. Bagi kelompok idealis alam ini ada tujuannya yang bersifat spiritual. Hukum-hukum alam dianggap sesuai dengan kebutuhan watak intelektual dan moral manusia. Mereka juga berpendapat bahwa terdapat suatu harmoni yang mendasar antara manusia dengan alam. Manusia memang bagian dari proses alam, tetapi ia juga bersifat spiritual, karena manusia memiliki akal, jiwa, budi, dan nurani.
Kelompok yang mengikuti pandangan ini cenderung menghormati kebudayaan dan tradisi, sebab mereka mempunyai pandangan bahwa nilai-nilai kehidupan itu memiliki tingkat yang lebih tinggi dari sekadar nilai kelompok individu. Ini menunjukkan bahwa kekuatan idealisme terletak pada segi mental dan spiritual kehidupan.

2.      Aliran Fondasionalime
Fondasionalisme berpendapat bahwa suatu justifikasi itu mundur sampai tidak terhingga itu tidak masuk akal. Begitu pula dengan pola yang berputar. Dia juga berpendapat bahwa dalam suatu kepercayaan-kepercayaan ini ada suatu kepercayaan yang logis dengan sendirinya. Jenis-jenis kepercayaan yang logis dengan sendirinya ini merupakan dasar dari kepercayaan-kepercayaan yang lainnya. Karena kepercayaan kepada sebuah fondasi dari kepercayaan maka paham ini disebut sebagai Fondasionalisme.
Kepercayaan-kepercayaan ini yang menjadi dasar dari kepercayaan-kepercayaan lainnya adalah sebuah kepercayaan yang sangat berbeda dengan kepercayaan-kepercayaan lainnya. Ini karena kepercayaan ini tidak membutuhkan justifikasi. Banyak Fondasionalis berkesimpulan bahwa fondasi ini terdapat pada kepercayaan yang subjek langsung bisa mengaksesnya seperti  “aku merasakan sesuatu” atau “1+1=2” yang langsung bisa ditangkap. Fondasionalis ada juga yang mempercayai seseorang bisa langsung menangkap setidaknya beberapa objek fisik dan kepercayaan mengenai objek yang sedang diamati sebagai juga termasuk fondasi.

3.      Aliran Formalisme.
Landasan matematika formalisme dipelopori oleh ahli matematika besar dari Jerman David Hilbert. Menurut airan ini sifat alami dari matematika ialah sebagai sistem lambang yang formal, matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural dari symbol-simbol dan proses pengolahan terhadap lambing-lambang itu. Simbol-simbol dianggap mewakili berbagai sasaran yang menjadi obyek matematika. Bilangan-bilangan misalnya dipandang sebagai sifat-sifat struktural yang paling sederhana dari benda-benda.

4.      Aliran Intuitionisme
Aliran intuitionisme yang dipelopori oleh ahli matematik dari Belanda yaitu Luitzen Egbertus Jan Brouwer, be;iau berpendirian bahwa matematika adalah sama dengan bagian yang eksak dari pemikiran matematika. Ketetapan matematika terletak dalam akal manusia dan tidak pada symbol-simbol di atas kertas. Selanjutnya intuisionis menyatakan bahwa obyek segala sesuatu termasuk matematika, keberadaannya hanya terdapat pada pikiran kita, sedangkan secara eksternal dianggap tidak ada.
Dalam pemikiran intuitionisme matematika berlandaskan suatu dasar mengenai kemungkinan untuk membangun sebuah seri bilangan yang tak terbatas sebuah seri bilangan yang tak terbatas, pernyataan ini pada hakikatnya merupakan suatu aktivitas berfikir tang yang tak tergantung pada pengalaman, bebas dari bahasa dan simbolis, serta bersifat obyektif.
Keberatan terhadap aliran ini adalah bahwa pandangan kaum intuitisme tidak memberikan gambaran yang  jelas tentang bagaimana matematika bekerja dalam pikiran. Kita tidak mengetahui secara tepat pengetahuan intuitif bekerja dalam pikiran. Seperti halnya cinta dan benci dalam pandangan setiap orang berbeda-beda.
5.    Logisisme
Logisisme memandang bahwa matematika sebagai bagian dari logika. Penganutnya antara lain G. Leibniz, G. Frege (1893), B. Russell (1919), A.N. Whitehead dan R. Carnap(1931). Pengakuan Bertrand Russell menerima logisime adalah yang paling jelas dan dalam rumusan yang sangat ekspilisit. Dua pernyataan penting yang dikemukakannya, yaitu (1) semua konsep matematika secara mutlak dapat disederhanakan pada konsep logika; (2) semua kebenaran matematika dapat dibuktikan dari aksioma dan aturan melalui penarikan kesimpulan secara logika semata (Ernest, 1991). Menurut Ernest (1991), ada beberapa keberatan terhadap logisisme antara lain: 
1.      Bahwa pernyataan matematika sebagai impilikasi pernyataan sebelumnya, dengan demikian kebenaran-kebenaran aksioma sebelumnya memerlukan eksplorasi tanpa menyatakan benar atau salah. Hal ini mengarah pada kekeliruan karena tidak semua kebenaran matematika dapat dinyatakan sebagai pernyataan implikasi. 
2.      Teorema Ketiddaksempurnaan Godel menyatakan bahwa bukti deduktif tidak cukup untuk mendemonstrasikan semua kebenaran matematika. Oleh karena itu reduksi yang sukses mengenai aksioma matematika melalui logika belum cukup untuik menurunkan semua kebenaran matematika. 
3.      Kepastian dan keajegan logika bergantung kepada asumsi-asumsi yang tidak teruji dan tidak dijustifikasi. Program logisis mengurangi kepastian pengetahuan matematika dan merupakan kegagalan prinsip dari logisisme. Logika tidak menyediakan suatu dasar tertentu untuk pengetahuan matematika. 
Dari uraian di atas terlihat bahwa matematika berkaitan erat dengan filsafat. Matematika sangat membutuhkan logika dalam berpikir belajar matematika tanpa adanya logika tidak akan mampu menyelesikannya. Belajar matematika juga sangat membutuhkan kerativitas dan berpikir kritis. Namun saat ini seringkali intuisi siswa yang telah direbut oleh guru, karena guru mengajar hanya lah memberi materi dan rumus tanpa mengajarkan atau memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri rumus itu diperoleh. Mungkin alasan guru melakukan itu hanyalah untuk mengejar ujian akhir nasional. Pada ujian akhir nasioanal yang dibutuhkan hanyalah jawaban yang benar tanpa mempedulikan bagaiaman siswa dapat memperoleh jawaban itu, sehingga guru hanya menjejali siswa dengan rumus-rumus.
Guru menganggap bahwa awal menemukan langkah atau rumus itu tidaklah penting. Sehingga kreativitas siswa sangat kurang berkembang. Berbeda dengan pendidikan luar negeri yang sangat menghargai hasil karya siswa di sekolah. Kurikulum di Indonesia pun nampak tidak memperhatikan kemampuan siswa, pemerintah kurang memperhatikan kurikulum tersebut apakah layak dan pantas untuk diterapkan pada pendidikan di Indonesia. Kurikulum yang mudah sekali berubah sangat menyulitkan guru dan siswa dalam pembelajaran. Di laur negeri setiap siswa berhak ikut menentukan kurikulum yang digunakan di sekolah karena kurikulum di luar negeri menggunakan kurikulum satuan pembelajaran sehingga setiap guru, setiap matapelajaran dan bahkan setiap materi mempunyai kurikulum yang berbeda.


Referensi:
Putri, Sartika, Dyah. 2013. Aliran besar dalam filsafat matematika.Diperoleh dari http://dyahsartikaputripmatswa09.blogspot.co.id
Ika, Dhiah. 2013. Filsafat dalam pendidikan matematika. Diperoleh dari http://dhiahika.blogspot.co.id


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemikiran Richard L. Lanigan

Fungsi Batin Terhadap Pembentukan Kepribadain

Pertanyaan Filsafat Imanuel Kant