Bioetika

Bioetika
Bioetika suatu bagian dari etika terapan yang mencakup pemikiran moral bidang kedokteran atau biologi. Sejarahnya panjang sejak Hipocrates di Yunani tetapi menjadi aktual sejak 1960-an karena perkembangan pesat penerapan teknologi pada kedua bidamg tersebut. Bioetika merupakan istilah yang relatif baru dan terbentuk dari dua kata yunani (bios = hidup dan ethos = adat istiadat atau moral). Yang secara harfiah berarti etika hidup. Bioetika dapat dituliskan sebagai ilmu pengetahuan untuk mempertahankan hidup dan terpusat pada penggunaan ilmu-ilmu biologis untuk memperbaiki mutu hidup. Dalam arti yang lebih luas, bioetika adalah penerapan etika dalam ilmu-ilmu biologis, obat, pemeliharaan kesehatan dan bidang-bidang terkait.
Sebagai sebuah etika rasional, bioetika bertitik tolak dari analisis tentang data-data ilmiah, biologis, dan medis. Kebahasaan campur tangan manusia dikaji. Nilai transcendental manusia disoroti dalam kaitan dengan kaitan dengan sang pencipta sang pemegang nilai mutlak. Terkadang, istilah etika medis, yang mencakup masalah etis tentang ilmu-ilmu biologis seperti peyelidikan tentang hewan, serta usaha-usaha manipulasi spesies-spesies bentukan genetik non manusiawi. Acap kali, penggunaan istilah biotika dan etika medis saling dipertaruhkan.
Dalam kajian ini Biologi, Ekologi, Pertanian, Kedoktorean, Politik, Hukum dan Filsafat dimanfaatkan sebagai bahan baku perdebatan. Termasuk dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut misalnaya adalah definisi kematian, eutansia dan hak untuk mati, pinjam-meminjam Rahim, pemanfaatan gen organism asing dalam tanaman pangan atau tanaman ekonomis lain, pemanfaatan benih dan tanaman obat dari masyarakat asli oleh organisasi multinasional, pembajakan biologis ( biopiracy), dan penggunaan.
Istilah biotika pretama kali diperkenalkan pada tahun 1927 oleh Fritz Jahar, yang“ diharapkan banyak menyambungkan berbagai argumentasi dan diskusi dalam penelitian biologi kontemporer yang melibatkan hewan dalam suatu artikel tentang “keniscayaan bioetik.” Pada tahun 1970, ahli biokimia Amerika Van Rensselaer Potter juga menggunakan istilah tersebut dengan makna yang lebih luas, yang mencakup solidaritas terhadap biosfer, sehingga menghasilkan etika global, suatu disiplin yang mewakili hubungan antara bilologi, kedokteran, ekologi, dan nilai-nilai kemanusiaan dalam rangka mencapai kelangsungan hidup baik manusia dan spesies hewan lainnya.
Teknologi kedokteran berkaitan langsung dengan hidup matinya manusia, sedagkan kehidupan dan kematian manusia adalah suatu hal yang mempunyai kedudukan tinggi dalam nilai-nilai moral dimana pun alasannya mengapa kemajuan teknologi kedokteran selalu berhadapan dengan bioetika. Bioetika merupakan cabang ilmu biologi dan ilmu kedokteran yang menyangkut masalah dibidang kehidupan, tidak hanya memperhatikan masalah-msalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan kemungkinan timbulnya pada masa yang akan datang.
Walaupun mungkin masih merupakan suatu istilah yang baru bagi kebanyakan orang, biotika kini telah menjadi semacam gerakan baru yang melanda seluruh dunia. Kehadiran dan urgensinya tidak bisa dilepaskandari perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya biologi dan ilmu kedokteran yang menimbulkan masalah-masalah etis yang luar biasa.
Biotika merupakan suatu disiplin keilmuan yang baru, yang merupakan kombinasi antara pengetahuan hayati (biologi) dengan pengetahuan sistem nilai manusia. Definisi ini sekaligus memberikan tujuan biotika, yaitu membangun jembatan antara ilmu pengetahuan dan humaniora (kemanusiaan), membantu “kemanusian” untuk tetap selamat dan lestari, serta menyempurnakan dunia beradab. Biotika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan dibidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkan politi. Bioetika secara medis, seperti abortus, euthanasia, tranplantasi organ, teknologi reprokduksi buatan, dan rekayasa genetik, membahasa pula masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkugan kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja,demografi, dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan pada manusia dan hewan percobaan.
Hyipnosis kesadaran transaksional Alexander J Hukom 1997 minat terhadap hypnosis yang diberi sebutan “kesadaran transaksional” sebutan “trans” dari bahasa inggris “trance” mengacu pda fenomena sugesti atau hyprsugesti. Sehari-hari hyipnosis kita dengar terkait dengan penipuan-penipuan dilingkungan sekitar dengan tidak sadar menyerahkan uang atau memeberi tanda tangan, tetapi pula maraknya beberapa workshop tentang hypnoteraphy, suatu upaya penyembuhan yang mulai popler. Tetapi trans (trance, inggris) atau kesadaran transaksional menurut promovenda dalam contoh-contoh fenomena tradisional seperti pada “kuda kepang” semakin langka dalam kehidupan urban kita sehari-hari.
Demikian dalam hypnosis, kesadaran yang satu menguasai kesadaran lain yang diterapkan oleh pihak yang memiliki pengetahuan dan mapu menguasai kesadaran yang lain, karena posisi pengetahuan itu. Promovenda menggambarkan dalam suatu diagram trance dalam hypnologi menurut beberapa periode, semuala dengan periode dengan tokoh Mesmer terkait magi, sejak Liebault kemudian dianggap sebagai modus operandi hypnoteraphy dan menjadi legal sejak 1955 diakui undang-undang di Inggris sejak 1952.       
Teori Bioetika, banyak pakar yang merumuskan teori bioetika, seperti Beauchamp dan Childress:
1.         Hormat terhadap ekonomi
2.         Berbuat yang baik dan menguntungkan
3.         Tidak berbuat kesejahteraan
4.         Keadilan
Tiga etika dalam bioetika:
1.      Etika sebagai nilai-nilai dan asas-asas moral yang dipakai seseorang atau kelompok sebagai pegangan bagi tingkah lakunya.
2.      Etika sebagai kumpilan asas san nilai yang berkenaan dengan moralitas (apa yang dianggap baik atau buruk). Misalnya Kode Etik Kedekteran, Kode Etik Rumah Sakit.
3.      Etika sebgai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma dan nilai-nilai moral.
Fransese Abel merumuskan definisi tentang bioetika yang diterjemaahkan Bertenes sebagai berikou: Bioetika adalah studi interdisipliner tentang problem-problem yang ditimbulkan oleh perkembangan dibidang biologi dan ilmu kedokteran baik pada sekala mikro maupun pada skala makro, lagi pula tentang dampaknya atas masyarakat luas serta sistem nilainya kini dan masa mendatang.
Bidang cakupan bioetika telah mencapai berbagai penelitian pada manusia, mulai dari perdebatan tentang “batas-batas kehidupan,” misalnya aborsi, euthanasia, pembedahan dengan alokasi sumber daya perawatan kesehatan terbatas (misalnya donasi organ) benar-benar dapat menolak perawatan untuk alas an atau budaya. Bioetika dapat menolak perawatan medis untuk alasan agama atau budaya. Ahli bioetika sering berselisih paham diantara mereka sendiri atas batas yang tepat dari disiplin mereka, serta memperdebatkan apakah evaluasi etis atas fakta-fakta dan kedokteran yang tersedia harus mempertimbangkan semua pertanyaan yang melibatkan, atau hanya tersedia harus mempertimbangkan semua pertanyaan yang melibatkan atau hanya sebagian dari pernyataan-pernyataan ini. Beberapa ahli bioetika cenderung mempersempit evaluasi etis hanya untuk moralitas perawatan medis atau inovasi teknologi, dan waktu pengobatan manusia. Yang lainya akan memperluas evaluasi etis untuk memasukan moralitas semua tindakan yang mungkin bisa membantu atau membayangkan organisasi yang mampu merasa takut. Dibidang pemanfaatan sember daya hayati, berkembang pulau produk teknologi organisme termodifikasi genetik organisasi transgenetik yang dalam penggunaannya memerlukan pengkajian dan peraturan/regulasi yang hati-hati karena adanya isu keamanan hayati dan keamanan pangan yang melekat padanya. Dengan demikian, dibentuk komite bioetika Indonesia.

Sumber:
Sarifudin.2013.Bepijak pada Filsafat. Depok: Komunitas Bambu
Webbsite:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemikiran Richard L. Lanigan

Fungsi Batin Terhadap Pembentukan Kepribadain

Pertanyaan Filsafat Imanuel Kant